KONSERVASI
TERUMBU KARANG DALAM UPAYA
PENINGKATAN
EKOWISATA INDONESIA
Oleh
Putri Pertiwi
Pendahuluan
Indonesia
merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alam, keindahan
gugusan pulau, dan letak geografis yang strategis. Hingga saat ini, Indonesia menempati
urutan ketiga negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati setelah Brazil dan
Kongo. Letak Indonesia yang strategis, yakni berada di antara benua Asia dan
Australia, menyebabkan Indonesia memiliki beraneka ragam flora dan fauna yang begitu kaya dengan
karakteristik dan telah menjadi ciri khas suatu pulau atau regional tertentu.
Keunikan dari masing-masing daerah menyimpan misteri tersendiri layaknya harta
yang harus digali lebih dalam. Tak heran, Indonesia sering menjadi tujuan
wisata turis-turis asing yang haus akan keindahan serta kearifan lokal
Indonesia.
Potensi alam yang dimiliki Indonesia menjadi dasar bagi
Pemerintah dalam mengupayakan pengembangan sektor wisata Indonesia dan telah
menjadi salah satu sektor penyumbang devisa negara. Berdasarkan data
Kementerian Pariwisata, Indonesia memberikan kontribusi sebesar 9 (sembilan)
persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2014. Pemerintah kini
menargetkan agar sektor pariwisata Indonesia mampu memberikan kontribusi PDB
sebesar 15 (lima belas) persen dengan nilai Rp 275 triliun, dengan memberikan
kesempatan kerja sebesar tiga belas juta orang pada tahun 2019.
Namun, sayang sekali, hingga kini, pariwisata
Indonesia masih “sekadar” pariwisata, di mana seharusnya pariwisata memiliki
sifat kontinu dan tetap berasaskan lingkungan. Hasil konverensi yang diadakan
di Beijing tanggal 19 sampai dengan 20 Mei 2016 membawa kabar buruk bagi
Indonesia. Diketahui, Indonesia menempati urutan 130 dari 144 negara dalam
komitmen pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan mengutamakan aspek
lingkungan. Dunia telah menilai bahwa Indonesia masih kurang awas terhadap
keramahan lingkungan bidang pariwisata. Padahal, lingkungan telah menyediakan
lahan dan menjadi sumber utama sektor pariwisata Indonesia.
Upaya Indonesia dalam membangun pariwisata berbasis
lingkungan telah tercantumkan melalui program “Ekowisata” – yang berarti wisata
yang tetap mempertahankan kelestarian dan konservasi lingkungan. Melalui
ekowisata inilah, diharapkan industri pariwisata Indonesia memiliki peran
ganda, yakni sumber devisa dan ajang pelestarian lingkungan. Pemerintah beserta
masyarakat diharapkan mampu memperkenalkan potensi wisata di daerahnya dengan
tetap memperhatikan aspek lingkungan, kearifan lokal, dan tidak mengubah
karakter daerah tersebut.
Definisi dan Peran Terumbu Karang
Seperti yang kita ketahui,
terumbu karang memiliki manfaat yang sangat dominan terhadap kelestarian dan
menjaga keseimbangan ekosistem laut. Berdasarkan padanan kata, terumbu karang (coral reef) terdiri dari dua kata yang
memiliki perbedaan makna, antara lain karang yang berarti sekumpulan binatang
dan terumbu yang berarti struktur kalsium karbonat (CaCO3) yang
dihasilkan oleh karang. Binatang karang sendiri ternyata merupakan sekumpulan
hewan-hewan kecil yang menetap dan tidak memiliki kemampuan mobilisasi disebut polip. Dalam susunan klasifikasi, karang
berada dalam filum Cnidaria dengan
kelas Anthozoa.
Polip
dalam sepanjang hidupnya bertahan hidup dengan memakan plankton yang terbawa
arus air laut. Polip menangkap mangsanya menggunakan tentakel yang tersusun di
tubuhnya. Polip juga menyerap kalsium karbonat dari air laut dan
mengeluarkannya dalam bentuk struktur kapur yang keras, di mana struktur ini
berperan sebagai pertahanan tubuh polip yang bersifat lunak.
Karang
terbagi menjadi dua jenis, yakni karang keras dan karang lunak. Karang keras
hidup bersimbiosis dengan alga bernama zooxanthellae. Karang jenis ini
hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari bisa menembus dengan baik.
Karena zooxanthellae memperoleh energi dengan proses fotosintesis.
Karang keras membentuk struktur terumbu dan memiliki tubuh yang keras seperti
batu. Karang lunak tidak bersimbiosis dengan alga, bentuknya seperti tanaman.
Karang jenis ini bisa hidup di perairan dangkal maupun perairan yang lebih
dalam.
Terumbu
karang menjadi habitat bagi sebagian besar hewan laut, bahkan juga memberikan
manfaat bagi keseimbangan ekosistem di darat. Biota laut, seperti clown fish sangat menggantungkan
hidupnya pada terumbu karang. Hewan ini menetap, berkembang biak, dan mencari
makan di terumbu karang bersama dengan ikan-ikan kecil yang memiliki keindahan
bentuk dan corak yang sangat memikat setiap pasang mata. Tidak hanya itu,
ikan-ikan yang dikonsumsi manusia pun tinggal di terumbu karang, seperti ikan
kerapu, ikan baronang, dan ikan ekor kuning. Dengan kekayaan biodiversitas inilah,
terumbu karang mampu menjadi sumber keanekaragaman genetik dan spesies.
Terumbu
karang juga memiliki peran dalam melindungi pantai dan pesisir dengan
memperkecil energi ombak yang menuju ke daratan. Dalam peranan ini, abrasi
pantai bisa dicegah, apalagi jika ditambah dengan hutan mangrove di pesisir
pantai. Efek reaksi kimia dalam terumbu karang mampu mengkonversi
karbondioksida menjadi zat kapur yang merupakan bahan baku terumbu dengan
bantuan zooxanthellae, tumbuhan bersel satu yang hidup di jaringan terumbu
karang.
Selain
bidang ekologi, terumbu karang juga membawa manfaat penting dalam bidang
pariwisata, terutama wisata berbasis lingkungan. Dengan adanya terumbu karang,
ekosistem laut akan terlihat lebih indah, menawan, dan mampu memanjakan mata.
Hingga kini, daerah laut yang menjadi pusat diving
seperti Nusa Dua dan Raja Ampat memanfaatkan terumbu karang untuk menarik
minat pengunjung menyelami dan menelusuri perairan tersebut. Dengan keindahan
yang tiada duanya, tak heran jika banyak turis atau wisatawan domestik yang
rela merogoh kocek hingga jutaan rupiah demi melihat wujud ekosistem terumbu
karang dan mengabadikannya dalam gambar.
Kondisi
Terumbu Karang di Indonesia
Persebaran
terumbu karang di dunia kini mengalami penipisan akibat perubahan iklim global
dan ulah manusia yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dalam aktivitasnya.
Meskipun memiliki struktur yang kuat dan kokoh, terumbu karang tidak mampu
bertahan dalam perubahan suhu lingkungan yang sangat drastis. Untuk dapat
bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi
lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC.
Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan
tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu
karang.
Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat, hampir sepertiga dari jumlah
terumbu karang di Indonesia berada dalam kondisi yang kurang baik atau bahkan
rusak. Sebanyak 30,4 persen dari total luas terumbu karang yang dimiliki oleh
Indonesia berada dalam kondisi rusak atau tidak baik. Hanya sebesar 2,59 persen
dan 27,14 persen yang dalam kondisi sangat baik dan baik. Selebihnya, 37,18
persen dalam kondisi kurang baik.
Terumbu
karang di Indonesia memiliki luas sebesar 2,4 juta hektar, yang berarti
merupakan kawasan terumbu karang terluas di dunia. Selain itu, biodiversitas
ekosistem terumbu karang di Indonesia juga menempati urutan tertinggi di dunia.
Sayangnya, berbagai survei menyatakan kondisi terumbu karang yang sangat
memprihatinkan. Dengan melakukan pengamatan di 1.135 stasiun, hingga tahun
2013, tercatat 5,29 persen dalam kondisi sangat baik, sebesar 27,14 persen
masih dalam kondisi baik, dan sebesar 37,18 persen dalam kondisi cukup. Sisanya
sebesar 30,4 persen dalam kondisi tidak baik.
Kondisi
terumbu karang terparah berada di daerah Teluk Jakarta. Persentase terumbu
karang yang baik di teluk Jakarta tidak mencapai dua persen. Data ini dirilis
oleh
LIPI
dalam diskusi media bertajuk “Riset Ekosistem Terumbu Karang di Indonesia” yang
berlangsung di Media Center LIPI, Jakarta, Kamis, 17 April 2014. Baru-baru ini
juga terjadi kasus corat-coret terumbu karang yang dilakukan oleh wisatawan di
daerah Nusa Penida, Bali, yang menandakan bahwa banyak masyarakat yang tidak
sadar akan peranan terumbu karang bagi ekosistem maupun bidang ekonomi.
Konservasi
Terumbu Karang dan Ekowisata
Peranan terumbu karang yang
sangat tinggi berbading terbalik dengan kesadaran manusia yang semakin menurun
terhadap pentingnya menjaga kelestarian alam sekitar, termasuk kelestarian
terumbu karang. Kondisi memprihatinkan terumbu karang, tingkat biodiversitas
yang semakin menurun, hingga kerusakan dan kematian terumbu karang semestinya
menjadi perhatian khusus saat ini. Hingga kini, pemerintah dan masyarakat
sekitar perairan laut terus berupaya dalam rangka melestarikan ekosistem
terumbu karang yang menjadi sumber mata pencaharian dan devisa negara. Namun,
sayangnya, belum ada payung hukum yang benar-benar diterapkan dan memberikan
efek jera bagi pelaku pengrusakan ekosistem.
Ekowisata
sendiri telah memberikan angin segar terhadap keberadaan terumbu karang dan
potensi sumber daya alam Indonesia. Ekowisata menerapkan prinsip bahwa
pariwisata tidak hanya memberikan manfaat bagi pengunjung, tetapi juga manfaat
untuk alam, ekosistem, hingga masyarakat global. Program ekowisata sendir
mendapat dukungan dari Deputi Kepala Staf Kepresidenan, Yanuar Nugroho dalam
seminar publik bertajuk "Eco Tourism: Globalizing Local Communities
Without Impacting the Environment" yang diadakan di Jakarta, 28
September 2016. Masalah yang menjadi fokus perhatian pemerintah adalah mencari
cara untuk memperkenalkan pariwisata daerah dengan tetap menjalankan konsep
ekowisata, yakni melestarikan lingkungan dan kehidupan masyarakat setempat di
area-area tujuan pariwisata Indonesia. Yanuar menambahkan, pengembangan
pariwisata harus dilakukan dengan mempelajari lingkungan dan kehidupan di
daerah tersebut. Pengembangan pariwisata jangan sampai menghilangkan identitas
asli penduduk setempat, seperti makanan khas, kebudayaan, dan adat istiadat.
Mencegah lebih baik daripada
mengobati. Kondisi yang sedemikian buruk bisa dicegah dengan tetap memberikan
ruang hidup bagi terumbu karang. Komunitas pecinta alam dan bawah laut sudah
sangat sering melaksanakan program konservasi terumbu karang melalui kegiatan
wisata, yang dalam hal ini adalah wisata berbasis lingkungan. Memberikan
edukasi kepada setiap pengunjung maupun masyarakat luas diharapkan mampu
menyadarkan betapa terumbu karang adalah anugerah yang benar-benar harus
dijaga. Tidak ada salahnya jika ingin mengabadikan momen di terumbu karang,
namun pengunjung juga harus tetap memperhatikan etika lingkungan dan
kelestariaannya.
Penutup
Menikmati
dan menelusuri kekayaan alam negeri sendiri menyimpan berjuta kisah yang tiada
bisa digambarkan secara jelas dan seindah jika melihat kenampakannya secara
langsung. Pariwisata Indonesia memberikan peluang bagi pecinta alam untuk
menggali lebih dalam keunikan serta kearifan lokal setiap daerah di Indonesia,
sekaligus berperan menigkatkan perekonomian Indonesia dan penduduk setempat.
Saat ini, ekowisata sungguh dibutuhkan dalam upaya penjagaan kualitas
keanekaragaman hayati dan membentuk karakter wisatawan guna menjaga
keseimbangan ekosistem. Terumbu karang yang menjadi pusat keseimbagan ekosistem
laut maupun darat seharusnya menjadi perhatian khusus, apalagi dengan kondisi
yang sudah sangat memprihatinkan, karena rusaknya terumbu karang juga berarti
rusaknya keseimbangan ekosistem global. Sebagai pemuda Indonesia, yang juga
memiliki peran agent of change, sudah
sepatutnya menyadari kondisi lingkungan sekitar dan turut serta melaksanakan
pelestarian alam tanpa mengesampingkan kepentingan pemerintah dalam upaya
peningkatan perekonomian.
Daftar
Pustaka