Saturday, January 18, 2014

KEJUTAN

Assalamu'alaikum kawan-lawan hehehehe. Doh, udah lama banget sekiranya ga curhat-curhat lucu di sini. Sebenernya sih blog bukan tempat buat curhat, tapi mau gimana lagi.. Cuma di sini bisa ngeluapin perasaan hingga uapnya tersebar ke udara bebas tanpa batas dan tanpa perantara (?)

Kenapa sih judul di atas adalah "KEJUTAN"?
Jadi gini, gue pengen menceritakan sesuatu yang berhubungan dengan kejutan. Langsung aja ya ceritanya.. 
Pas hari pertama masuk sekolah pada semester 2, perasaan gue sedang kalang kabut. Kenapa? Yaa gue ngeri aja kalau ditanya: "pepe dapet peringkat berapa?" Argh rasanya ituuu... Annoying banget. Kalian tau sendiri kan, kalau peringkat gue adalah 14. Gue gak masuk sepuluh besar merupakan hal yang mengecewakan, menyedihkan, dan agak sedikit memalukan.

Terus? Mana kejutannya? Well, kejutan baru muncul ketika gue berada di kelas untuk mengikuti pembinaan dari wali kelas. Dan, wali kelas itu berniat untuk menyebutkan ranking/peringkat dari anak-anak sebelas ipa lima. Dalem hati, gue cuma bisa diem. Entahlah, tiba-tiba gue mikir kalau begadang buat belajar itu gak bagus. Gue mikir kalau pulang sekolah jangan terlalu malem. Gue mikir kalau keseringan mikir itu juga kurang bagus *ini apasih* ehm ehm. Dan akhirnya... Nama gue terpanggil sebagai nama ke sepuluh yang disebutkan. Dalam arti lain, gue masuk sepuluh besar, tepatnya peringkat 10. Kenapa bisa begitu? Jadi, waktu peringkat gue 14 itu, nilai-nilainya belum dihitung secara sempurna. Oleh karena itu wali kelas kembali menghitung rerata nilai kognitif plus nilai afektif. Alhasil, secara ajaib, mengagetkan dan sedikit bikin merinding, gue bisa melompat naik 4 peringkat. Hebat. 
Agak berlebihan memang, ketika gue menceritakan hal ini. Tapi, ini membuat gue bisa memetik hikmah yang amat sangat luar biasa. Yaitu, "Allah memang telah mempersiapkan yang terbaik untuk kita". Terkadang, tanpa kita sadari Allah juga suka memberikan kita sedikit kejutan dalam hidup ini. Liat kisah gue ini. Bukan masalah memang, kalau gue gak masuk sepuluh besar. Hanya saja, dengan masuk ke dalam daftar sepuluh anak terbaik bisa membuktikan bawa gue, seorang pelajar yang punya lumayan banyak kesibukan, tanpa bimbingan belajar atau dalam arti lain berusaha memahami materi pelajaran sendiri, dan tidak memiliki bakat khusus dalam menyerap materi dalam arti lain cerdas; bisa menjadi salah satu dari yang terbaik.
Yaa intinya, usaha dan do'a kita gak pernah sia-sia. Dalam mengejar suatu target, kejar target itu, berusaha sekuat tenaga, kalau perlu tanpa tidur kita mengejar itu, biar kata orang lain bahwa kita berlebihan atau semacamnya, abaikan saja. Toh, mereka gak ngerti apa yang kita lalui, seperti apa kita. Dan bagaimana cara kita mencapai suatu tujuan. Jangan lupa untuk terus berdo'a memohon dengan kepasrahan diri kepada Allah.. Karena Dia-lah satu-satunya tempat kita memohon dan tempat kita menyerahkan segala hasil perjuangan/usaha kita. Percayalah, bahwa meskipun usaha kita gagal, Allah pasti menyimpan sesuatu yang terbaik sebagai pengganti dari kegagalan itu. Dan ingatlah, bahwa kesuksesan dari usaha kita adalah pemberian dari Allah, sepatutnya kita bersyukur kepada-Nya. Dan yakinlah, bahwa Allah tidak ingin hamba-Nya bersedih, kecewa, karena satu hal apapun itu.

--0o0--

Ada cerita lagi nih.
Hari ini gue mengikuti olimpiade sains sekolah untuk menyeleksi siapa saja yang lolos dan berhak mewakili sekolah berkompetisi di tingkat kota. 
Gue ngambil bidang fisika. Dalam mempersiapkan ajang ini, gue gak mau main-main. Sejak liburan semester 1, dengan tidak dibimbing siapapun, gue berusaha mengulas materi fisika. Agak sulit memang, belajar fisika sendiri.. Karena kita belum tentu akan paham betul mengenai materi dan konsep yang ada di dalamnya. Hmm.. Tapi, demi membanggakan orangtua, gue relakan waktu liburan, bahkan merelakan waktu tidur untuk mempelajari soal-soal. Lagipula, ini kesempatan terakhir buat gue untuk menunjukan diri dalam olimpiade (karena tahun lalu gue ga ikut seleksi tingkat sekolah).

Tapi sayang seribu sayang, gue merasakan keganjilan sesaat dan setelah seleksi berlangsung. Gue agak kurang yakin bakal lolos. Tau gak sih? Pas seleksi ada dua soal yang pernah gue kerjakan buat latihan, gue inget banget soal itu. Tapi, gue lupa tahap-tahapnya. Dan parahnya gue lupa apa aja rumus yang bisa diaplikasikan. Argh. Gue nyeselllll senyesel-nyeselnya orang nyesel. Jadilah, gue agak pesimis kalau gue bisa lanjut ke tingkat kota.

Apa yang terjadi sama otak gue? Gue jadi inget. Sebelum berangkat seleksi, bapak gue berpesan: "Bapak tau kamu udah usaha maksimal. Masalah lolos atau nggak, serahin aja sama Allah. Kalau nggak, kamu tambahin amal baik kamu. Karena, kemungkinan besar temen-temen kamu juga berusaha dan belajar keras kayak kamu. Tapi, belum tentu sebagian besar dari mereka sering beramal baik. Dengan beramal baik, Allah pasti ngasih nilai tambah buat kamu. Dan siapa tau, dengan itu kamu bisa mengalahkan teman-teman kamu."

Sebuah nasihat yang bisa membangkitkan semangat. Tapi, gue merasa gagal. Gue merasa mengecewakan orangtua gue. Yaa meskipun mereka memang tidak pernah merasa kecewa pada prestasi gue (kecuali waktu gue SD).. Hanya saja, gue merasa.... Belum bisa membuat mereka bangga sebangga banggganya orangtua yang bangga terhadap anaknya.

Apakah gue harus berhenti berharap untuk bisa lolos? Tidak. Gue akan mengikuti apa yang bapak gue bilang "mencari nilai tambah". InsyaAllah, itu benar-benar menjadi nilai tambah untuk kelolosan nanti.

Kalaupun nilai tambah itu tidak bisa membawa gue lolos, mungkin, nilai tambah itu bisa menjadi nilai yang amat berharga dan menyelamatkan gue di masa depan nanti. 

Mungkin dengan kemungkinan "ke-tidak-lolosan" gue bisa digantikan dengan "ke-lolosan" gue mendapat undangan kuliah di Universitas Indonesia jurusan Teknik Kimia. Ataupun kalau masih tidak lolos, bisa digantikan dengan kelulusan gue yang memiliki IPK terbaik. Ataupun kalau masih tidak juga, bisa digantikan dengan kelulusan gue mendapat beasiswa dan bekerja di Jepang. Ataupun kalau masih tidak juga, bisa digantikan dengan sesuatu yang lebih besar lagi, dan lebih mengejutkan lagi.

Jadi intinya, meskipun OSS ini gue merasa kurang maksimal dalam menjawab soal, tapi gue masih punya harapan. Dan kalaupun gagal, toh, di mata orangtua, gue adalah anak yang tidak akan pernah lagi gagal.

"Tetap semangat. Tetap simpan harapanmu itu. Percaya saja hal yang terbaik akan terjadi"
 

Template by BloggerCandy.com