Sunday, January 21, 2018

Karena Aku Terluka

Tidak sehebat orang lain yang mampu jadi cahaya di tengah kegelapan, yang mampu menjadi mutiara di tengah lumpur, bahkan di tengah berlian.
Aku masih membawa gelap di dalam kegelapan, masih membawa ketapel di tengah Perang Dunia II.
Ke mana senjataku yang dulu? Masihkah ada sisa harapan untuk melawan semuanya? Masihkah ada sisa kemampuan untuk bertahan?

Setelah semua yang mereka katakan, mereka lakukan, bahkan mereka catat semua tentangku.
Mereka berhasil menguasai hampir semua kesan terbaik yang aku tunjukan.
Aku ingin menjadi yang terbaik? Ya. Agar aku menjadi seperti mereka--terang di dalam gelap.

Mungkin saatnya untuk menyerah, saatnya untuk menyudahi semua perlawanan.
Tidak pernah mempan rasanya usaha untuk bangkit kembali, untuk mengabaikan galat yang ada.

Biarlah.
Nikmati luka itu.

Monday, January 1, 2018

Tidak Ada Judul

Hai.
Dua belas hari lagi kita mungkin bertemu. Entahlah, kamu sudah bilang untuk tidak ada lagi hari itu, hari yang selalu aku tunggu dan yang paling indah dari 365 lainnya.
Berikan aku waktu sejenak untuk mengungkapkan semuanya, kapan aku bisa masuk ke sana, hingga kamu mengerti bahwa aku tidak pernah bermain-main? Tidak ada sandiwara sedetik pun.
Bahkan lidah ini kelu setiap aku ingin mengeluh di hadapanmu. Prasangka yang membuatku takut untuk mengatakannya. Tidak, aku bukan takut. Aku hanya ingin mengalah terhadap keadaan. Biarkan semuanya mengalir tanpa ada campur aksaraku di sana.

Tuan, aku sungguh tidak mengerti.
Pikiran ini bahkan meracau kalut tak tertahankan. Pernahkah aku menanam luka yang sengaja aku tumbuhkan di sana? Pernahkah aku mendesiskan bualan hanya demi kebahagiaanku sendiri? Pernahkah, Tuan, aku berhenti walau sedetik, untuk tidak menuliskan huruf demi huruf yang terangkai indah hanya untuk kamu (dan aku)?
Maaf, masih adakah aku?
Masih hidupkah namaku di sana?

Betapa aku melihat kamu berani tanpaku, betapa aku lihat kamu kuat tanpaku. Dapatkah kamu menjelaskan semuanya?

Tuan, tanya ini selalu untukmu, aku harap kamu mengerti, "siapkah kamu membersamai ilalang di tengah taman penuh bunga-bunga indah nan gemulai?"

Biarkan aku bahagia olehmu, Tuan. Biarkan kita bahagia, berhenti menyiksa hati.
Biarkan aku, ilalangmu, hanya bisa dimengerti oleh Tuan.

Jika kamu mengerti, kawanku yang jauh lebih indah daripada diriku ini selalu memanggil untuk aku kembali.
Aku menghabiskan senja untukmu, apakah Tuan lupa?
Aku mengabaikan mereka agar aku bisa melihat Tuan bahagia, merasakah Tuan?
Kisahku, susahku, hanya aku curahkan kepadamu, walaupun setiap hurufnya kadang mampu menggoreskan luka. Ke mana kah Tuanku selama ini?

Tuan, untuk sekali saja, biarkan aku bernafas dengan cintamu. Biarkan aku layu dengan penuh kebahagiaan bahwa ada seseorang yang bersedia menjadi kawan sepanjang hidup ilalang ini.

Hanya engkau.
Namun tak jua kabut itu hilang.

Salam,
Ilalangmu, yang selalu rindu.
 

Template by BloggerCandy.com