Thursday, September 29, 2016

Ayo Bermanfaat

Uhuy jam segini ngeblog?
Gapapalah ya~
Admin hanya ingin menyampaikan permohonan maaf jika di blog terlegendaris sejak saya kelas X ini masih memiliki banyak kekurangan :(
Untuk esai yang saya cantumkan, sebenarnya itu font di ms word TNR ukuran 12, tetapi pas menggunakan teknologi mutakhir berupa copy paste, font nya jadi acak-acakan huhuhu.
Maafkan.. semoga IKM saya tetap aktif :') (?)
Dan berhubung saya "akhirnya" mem-posting tulisan bermanfaat tadi, berasa anak kuliahan ya uhuhuhu cie akhirnya kuliah juga kan lu put wkwk. Setelah satu tahun menanti dan menunggu SBM 2016 ya? Setelah sempat jadi pengangguran selama satu tahun akhirnya terjawab juga ya put:')
Lho kok jadi curhat ya hmm.
Intinya, nanti saya akan usahakan mem-post hal-hal bermanfaat lainnya dan memperbaiki kesalahan pada esai sebelumnya agar bisa dibaca khalayak ramai~

Btw, sedikit sesal di hati ketika post tentang ke-tidak-lulusan saya di seleksi PTN 2015 waktu itu sempet terhapus huff. Jadi, nanti mungkin saya akan menceritakan ulang dengan versi berbeda (campur antara kegagalan 2015 dan keberhasilan 2016) yihiii. Bukan bermaksud sombong, karena apa yang mau disombongin sih? Hehe saya hanya ingin berbagi cerita sekaligus memberikan suntikan semangat bagi teman-teman yang galauin kuliah :") I do understand that kind of feeling :")

Dan nanti beberapa post sebelum ini akan saya hapus karena saya tidak membutuhkan Anda lagi duhai tuan yang selalu benar. Ya, Anda benar-benar orang yang benar membuat saya merasa selalu salah. Betapa tipuan dan ilusi yang Anda buat telah menjebak saya dalam rantai yang tidak semestinya. Betapa kisah yang begitu sebentar mampu mengalihkan setiap detik pandangan Anda. Sadarlah, tuan. Agama yang kau anut itu semestinya menjadi acuan, bukan ajang citra diri belaka. Betapapun kau tidak menyadarinya, semoga kau segera menyadari hal itu.

Segitu dulu yaaa hehe :)
Nantikan postingan selanjutnyaaa. InsyaAllah libur tahun baru saya akan posting banyak hal di Ordinary Notes! Temukan duniamu. Temukan fantasimu. Dunia fantasi(?)

Wednesday, September 28, 2016

ESAI: KONSERVASI TERUMBU KARANG

KONSERVASI TERUMBU KARANG DALAM UPAYA
PENINGKATAN EKOWISATA INDONESIA

Oleh Putri Pertiwi

Pendahuluan

            Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alam, keindahan gugusan pulau, dan letak geografis yang strategis. Hingga saat ini, Indonesia menempati urutan ketiga negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati setelah Brazil dan Kongo. Letak Indonesia yang strategis, yakni berada di antara benua Asia dan Australia, menyebabkan Indonesia memiliki beraneka ragam  flora dan fauna yang begitu kaya dengan karakteristik dan telah menjadi ciri khas suatu pulau atau regional tertentu. Keunikan dari masing-masing daerah menyimpan misteri tersendiri layaknya harta yang harus digali lebih dalam. Tak heran, Indonesia sering menjadi tujuan wisata turis-turis asing yang haus akan keindahan serta kearifan lokal Indonesia.
            Potensi alam yang dimiliki Indonesia menjadi dasar bagi Pemerintah dalam mengupayakan pengembangan sektor wisata Indonesia dan telah menjadi salah satu sektor penyumbang devisa negara. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, Indonesia memberikan kontribusi sebesar 9 (sembilan) persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2014. Pemerintah kini menargetkan agar sektor pariwisata Indonesia mampu memberikan kontribusi PDB sebesar 15 (lima belas) persen dengan nilai Rp 275 triliun, dengan memberikan kesempatan kerja sebesar tiga belas juta orang pada tahun 2019.
 Namun, sayang sekali, hingga kini, pariwisata Indonesia masih “sekadar” pariwisata, di mana seharusnya pariwisata memiliki sifat kontinu dan tetap berasaskan lingkungan. Hasil konverensi yang diadakan di Beijing tanggal 19 sampai dengan 20 Mei 2016 membawa kabar buruk bagi Indonesia. Diketahui, Indonesia menempati urutan 130 dari 144 negara dalam komitmen pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan mengutamakan aspek lingkungan. Dunia telah menilai bahwa Indonesia masih kurang awas terhadap keramahan lingkungan bidang pariwisata. Padahal, lingkungan telah menyediakan lahan dan menjadi sumber utama sektor pariwisata Indonesia.
            Upaya Indonesia dalam membangun pariwisata berbasis lingkungan telah tercantumkan melalui program “Ekowisata” – yang berarti wisata yang tetap mempertahankan kelestarian dan konservasi lingkungan. Melalui ekowisata inilah, diharapkan industri pariwisata Indonesia memiliki peran ganda, yakni sumber devisa dan ajang pelestarian lingkungan. Pemerintah beserta masyarakat diharapkan mampu memperkenalkan potensi wisata di daerahnya dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan, kearifan lokal, dan tidak mengubah karakter daerah tersebut.

Definisi dan Peran Terumbu Karang
            Seperti yang kita ketahui, terumbu karang memiliki manfaat yang sangat dominan terhadap kelestarian dan menjaga keseimbangan ekosistem laut. Berdasarkan padanan kata, terumbu karang (coral reef) terdiri dari dua kata yang memiliki perbedaan makna, antara lain karang yang berarti sekumpulan binatang dan terumbu yang berarti struktur kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh karang. Binatang karang sendiri ternyata merupakan sekumpulan hewan-hewan kecil yang menetap dan tidak memiliki kemampuan mobilisasi disebut polip. Dalam susunan klasifikasi, karang berada dalam filum Cnidaria dengan kelas Anthozoa.
            Polip dalam sepanjang hidupnya bertahan hidup dengan memakan plankton yang terbawa arus air laut. Polip menangkap mangsanya menggunakan tentakel yang tersusun di tubuhnya. Polip juga menyerap kalsium karbonat dari air laut dan mengeluarkannya dalam bentuk struktur kapur yang keras, di mana struktur ini berperan sebagai pertahanan tubuh polip yang bersifat lunak.
            Karang terbagi menjadi dua jenis, yakni karang keras dan karang lunak. Karang keras hidup bersimbiosis dengan alga bernama zooxanthellae. Karang jenis ini hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari bisa menembus dengan baik. Karena zooxanthellae memperoleh energi dengan proses fotosintesis. Karang keras membentuk struktur terumbu dan memiliki tubuh yang keras seperti batu. Karang lunak tidak bersimbiosis dengan alga, bentuknya seperti tanaman. Karang jenis ini bisa hidup di perairan dangkal maupun perairan yang lebih dalam.
            Terumbu karang menjadi habitat bagi sebagian besar hewan laut, bahkan juga memberikan manfaat bagi keseimbangan ekosistem di darat. Biota laut, seperti clown fish sangat menggantungkan hidupnya pada terumbu karang. Hewan ini menetap, berkembang biak, dan mencari makan di terumbu karang bersama dengan ikan-ikan kecil yang memiliki keindahan bentuk dan corak yang sangat memikat setiap pasang mata. Tidak hanya itu, ikan-ikan yang dikonsumsi manusia pun tinggal di terumbu karang, seperti ikan kerapu, ikan baronang, dan ikan ekor kuning. Dengan kekayaan biodiversitas inilah, terumbu karang mampu menjadi sumber keanekaragaman genetik dan spesies.
            Terumbu karang juga memiliki peran dalam melindungi pantai dan pesisir dengan memperkecil energi ombak yang menuju ke daratan. Dalam peranan ini, abrasi pantai bisa dicegah, apalagi jika ditambah dengan hutan mangrove di pesisir pantai. Efek reaksi kimia dalam terumbu karang mampu mengkonversi karbondioksida menjadi zat kapur yang merupakan bahan baku terumbu dengan bantuan zooxanthellae, tumbuhan bersel satu yang hidup di jaringan terumbu karang.
            Selain bidang ekologi, terumbu karang juga membawa manfaat penting dalam bidang pariwisata, terutama wisata berbasis lingkungan. Dengan adanya terumbu karang, ekosistem laut akan terlihat lebih indah, menawan, dan mampu memanjakan mata. Hingga kini, daerah laut yang menjadi pusat diving seperti Nusa Dua dan Raja Ampat memanfaatkan terumbu karang untuk menarik minat pengunjung menyelami dan menelusuri perairan tersebut. Dengan keindahan yang tiada duanya, tak heran jika banyak turis atau wisatawan domestik yang rela merogoh kocek hingga jutaan rupiah demi melihat wujud ekosistem terumbu karang dan mengabadikannya dalam gambar.

Kondisi Terumbu Karang di Indonesia

            Persebaran terumbu karang di dunia kini mengalami penipisan akibat perubahan iklim global dan ulah manusia yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dalam aktivitasnya. Meskipun memiliki struktur yang kuat dan kokoh, terumbu karang tidak mampu bertahan dalam perubahan suhu lingkungan yang sangat drastis. Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.
            Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat, hampir sepertiga dari jumlah terumbu karang di Indonesia berada dalam kondisi yang kurang baik atau bahkan rusak. Sebanyak 30,4 persen dari total luas terumbu karang yang dimiliki oleh Indonesia berada dalam kondisi rusak atau tidak baik. Hanya sebesar 2,59 persen dan 27,14 persen yang dalam kondisi sangat baik dan baik. Selebihnya, 37,18 persen dalam kondisi kurang baik.
            Terumbu karang di Indonesia memiliki luas sebesar 2,4 juta hektar, yang berarti merupakan kawasan terumbu karang terluas di dunia. Selain itu, biodiversitas ekosistem terumbu karang di Indonesia juga menempati urutan tertinggi di dunia. Sayangnya, berbagai survei menyatakan kondisi terumbu karang yang sangat memprihatinkan. Dengan melakukan pengamatan di 1.135 stasiun, hingga tahun 2013, tercatat 5,29 persen dalam kondisi sangat baik, sebesar 27,14 persen masih dalam kondisi baik, dan sebesar 37,18 persen dalam kondisi cukup. Sisanya sebesar 30,4 persen dalam kondisi tidak baik.
            Kondisi terumbu karang terparah berada di daerah Teluk Jakarta. Persentase terumbu karang yang baik di teluk Jakarta tidak mencapai dua persen. Data ini dirilis oleh LIPI dalam diskusi media bertajuk “Riset Ekosistem Terumbu Karang di Indonesia” yang berlangsung di Media Center LIPI, Jakarta, Kamis, 17 April 2014. Baru-baru ini juga terjadi kasus corat-coret terumbu karang yang dilakukan oleh wisatawan di daerah Nusa Penida, Bali, yang menandakan bahwa banyak masyarakat yang tidak sadar akan peranan terumbu karang bagi ekosistem maupun bidang ekonomi.
Konservasi Terumbu Karang dan Ekowisata
            Peranan terumbu karang yang sangat tinggi berbading terbalik dengan kesadaran manusia yang semakin menurun terhadap pentingnya menjaga kelestarian alam sekitar, termasuk kelestarian terumbu karang. Kondisi memprihatinkan terumbu karang, tingkat biodiversitas yang semakin menurun, hingga kerusakan dan kematian terumbu karang semestinya menjadi perhatian khusus saat ini. Hingga kini, pemerintah dan masyarakat sekitar perairan laut terus berupaya dalam rangka melestarikan ekosistem terumbu karang yang menjadi sumber mata pencaharian dan devisa negara. Namun, sayangnya, belum ada payung hukum yang benar-benar diterapkan dan memberikan efek jera bagi pelaku pengrusakan ekosistem.
            Ekowisata sendiri telah memberikan angin segar terhadap keberadaan terumbu karang dan potensi sumber daya alam Indonesia. Ekowisata menerapkan prinsip bahwa pariwisata tidak hanya memberikan manfaat bagi pengunjung, tetapi juga manfaat untuk alam, ekosistem, hingga masyarakat global. Program ekowisata sendir mendapat dukungan dari Deputi Kepala Staf Kepresidenan, Yanuar Nugroho dalam seminar publik bertajuk "Eco Tourism: Globalizing Local Communities Without Impacting the Environment" yang diadakan di Jakarta, 28 September 2016. Masalah yang menjadi fokus perhatian pemerintah adalah mencari cara untuk memperkenalkan pariwisata daerah dengan tetap menjalankan konsep ekowisata, yakni melestarikan lingkungan dan kehidupan masyarakat setempat di area-area tujuan pariwisata Indonesia. Yanuar menambahkan, pengembangan pariwisata harus dilakukan dengan mempelajari lingkungan dan kehidupan di daerah tersebut. Pengembangan pariwisata jangan sampai menghilangkan identitas asli penduduk setempat, seperti makanan khas, kebudayaan, dan adat istiadat.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kondisi yang sedemikian buruk bisa dicegah dengan tetap memberikan ruang hidup bagi terumbu karang. Komunitas pecinta alam dan bawah laut sudah sangat sering melaksanakan program konservasi terumbu karang melalui kegiatan wisata, yang dalam hal ini adalah wisata berbasis lingkungan. Memberikan edukasi kepada setiap pengunjung maupun masyarakat luas diharapkan mampu menyadarkan betapa terumbu karang adalah anugerah yang benar-benar harus dijaga. Tidak ada salahnya jika ingin mengabadikan momen di terumbu karang, namun pengunjung juga harus tetap memperhatikan etika lingkungan dan kelestariaannya.

Penutup

            Menikmati dan menelusuri kekayaan alam negeri sendiri menyimpan berjuta kisah yang tiada bisa digambarkan secara jelas dan seindah jika melihat kenampakannya secara langsung. Pariwisata Indonesia memberikan peluang bagi pecinta alam untuk menggali lebih dalam keunikan serta kearifan lokal setiap daerah di Indonesia, sekaligus berperan menigkatkan perekonomian Indonesia dan penduduk setempat. Saat ini, ekowisata sungguh dibutuhkan dalam upaya penjagaan kualitas keanekaragaman hayati dan membentuk karakter wisatawan guna menjaga keseimbangan ekosistem. Terumbu karang yang menjadi pusat keseimbagan ekosistem laut maupun darat seharusnya menjadi perhatian khusus, apalagi dengan kondisi yang sudah sangat memprihatinkan, karena rusaknya terumbu karang juga berarti rusaknya keseimbangan ekosistem global. Sebagai pemuda Indonesia, yang juga memiliki peran agent of change, sudah sepatutnya menyadari kondisi lingkungan sekitar dan turut serta melaksanakan pelestarian alam tanpa mengesampingkan kepentingan pemerintah dalam upaya peningkatan perekonomian.

Daftar Pustaka


 

Template by BloggerCandy.com