Saturday, November 18, 2017

Langit

Aku selalu menitipkan salamku untukmu lewat birunya langit di pagi hari.
"Aku rindu," begitulah bisikku kepada mereka. Semoga kamu selalu mendengar bisikannya, kamulah langitku, langit pagi dan malamku, langit siang dan petangku.

Langitku, aku tidak membenci pelangimu, si indah yang berada di sisimu ketika kamu menangis. Aku ada di bawah sini, masih menatapmu penuh harap agar kamu tidak perlu mengalirkan sedihmu begitu deras. Aku ada di bawah sini, ketika pelangimu hilang, ketika ia lenyap tak bersisa dari singgasananya.

Aku hanya membenci gemuruh itu. Aku benci gemuruh yang membuatku menjerit keras, bahkan aku menatapmu ketakutan.
"Tolong, hentikan," tetapi engkau terlalu asik dengan gemuruhmu, langit. Saat ini, gemuruhmu memuncak, sedang aku hanya menunggu di sini, menunggu langitku untuk kembali lagi.

Langitku, ingatkah kamu tentang awan-awan yang menyelimutiku ketika aku bersamamu? Ingatkah kamu tentang terpaan hangatnya sinar yang kau pantulkan hingga aku merasa akulah manusia paling beruntung di muka bumi ini? Ingatkah kamu tentang dongeng yang kamu bacakan ketika aku berbaring, duduk, dan termenung? 

Aku rindu, langit.
Sangat amat rindu.
Duhai langit, sampaikah rinduku kepadamu?
 

Template by BloggerCandy.com