Thursday, August 10, 2017

Teruntuk Kamu



Sebuah kesempatan besar bagiku untuk menulis lagi di lembar halaman kosong yang kini tengah aku tatap. Aku harap aku memiliki tatapan seindah tatapanmu. Aku harap hatiku seputih lembaran ini.

Teruntuk kamu,
Masih terekam jelas di benakku bagaimana aku melihatmu untuk pertama kali. Kamu baik, kamu mengerti bahwa aku tidak bisa mengambil gambar kita secara jelas. Aku terlalu lupa untuk berterimakasih atas bantuan yang kamu berikan saat itu. Aku terlalu malas untuk menyimpan gambar itu sampai aku benar-benar membutuhkannya.

Teruntuk kamu,
Hari demi hari masih bisa aku lewati dengan bayang lama yang pernah aku ceritakan kepadamu. Jauh sebelum itu, aku merasakan getirnya sebuah harapan yang kusia-siakan untuk seseorang yang keliru. Aku tidak pernah mau memberikan harapku untuk orang lain. "Tidak akan pernah lagi," begitulah janjiku. Tidak ada yang bilang bahwa memang mudah melewati masa-masa tersebut. Rasa pahit selalu mengganggu, hingga kamu datang tanpa sengaja. 

Teruntuk kamu,
Aku tidak pernah berharap ada yang lebih indah dari pelangi selepas hujan. Aku tidak pernah berharap teduhnya pepohonan dikalahkan oleh sesuatu yang lain. Tapi kamu berhasil. Dirimu yang seutuhnya mampu memberikan keindahan dan keteduhan itu, seolah tidak peduli betapa kuatnya dinding berlapis janji yang pernah aku bangun sebelumnya. "Tidak akan pernah lagi," begitulah janjiku.

Teruntuk kamu,
Aku sangat bahagia sepanjang kamu meruntuhkan bangunan kokoh yang telah aku dirikan sebelumnya. Seolah kamu adalah mimpiku yang baru. Kamu adalah bintang yang selama ini bersembunyi di balik awan yang suka sekali menipu. Kamu adalah bahagiaku dan kebahagiaanku melampaui segalanya. Perasaan yang membuncah setiap melihatmu tersenyum. Aku ingat bagaimana senyummu ketika aku duduk dekat denganmu. Aku harap kamu bahagia saat itu. Aku ingat jalan yang kita lalui bersama dengan cerita yang seolah kita dendangkan selama ini. Aku merasakan alunannya setiap aku mengingatnya.

Teruntuk kamu,
Izinkan aku menjadi nyata bagimu. Kamu bilang, hanya aku yang mampu memenangkan dan menenangkan hatimu. Itu seperti mimpi. Maka, bantu aku untuk mewujudkan itu, senyata mungkin. Aku ingin menjadi wanita yang tangguh, yang tidak melulu menangis karena hal kecil, yang tidak merengek meminta untuk diperhatikan.

Teruntuk kamu,
Telah aku simpan mimpi kita, telah aku buat memori di dalam kotak kecil ini, jauh ku letakkan dalam pikiranku. Kelak mimpi itu tidak akan pernah kubuka tanpa kunci yang kamu berikan. Maukah kamu membuka mimpi itu bersamaku? Jika satu saat kamu bertanya di mana kotak itu berada, ketahuilah bahwa, kotak itu tidak akan hilang, aku telah menitipkannya di tempat semua mimpi bermuara.

Teruntuk kamu,
Malam ini, maafkan aku jika aku kembali merasakan getirnya pengharapan. Aku tidak bisa menahan semuanya sendirian. Yang kutau, jika itu maumu, maka akan aku bebaskan kamu. Yang kutau, kamu telah memberikan banyak hal untukku, meskipun kamu tidak mengingat semuanya. Itu bagus, biarkan aku yang ingat agar aku bisa menghargai pemberianmu.

Teruntuk kamu,
Cukup sudah dengan kesedihan ini.. Aku tidak memiliki kuasa apapun untuk menahan setiap bulir air mata yang jatuh di atas tarian jari-jari lemahku ini. Aku tidak berharap kamu melihatku menangis, aku ingin selalu terlihat kuat di depanmu, aku ingin selalu terlihat ceria ketika bersamamu. Maafkan aku jika kamu merasa dibohongi dengan tingkahku selama ini. Tapi, sungguh, aku hanya ingin membuat kamu bahagia. 

Teruntuk kamu,
Rasanya akan sangat sulit untuk mengabaikan satu sama lain secara utuh. Tentukan pilihanmu. Apapun itu, aku selalu siap. Aku berharap air mataku sudah kering, sehingga tidak ada lagi yang tersisa ketika kamu menyudahinya.

Ini malam yang indah, bukan?
Hujan sedari sore hingga malam memberiku secercah harapan bahwa esok akan lebih baik.
Ya, dengan atau tanpamu.

Jika kamu masih menginginkan segalanya, aku masih di sini, di tempat yang sama.
Kamu mengenalku, bukan?
 

Template by BloggerCandy.com