Sunday, March 16, 2014

Story of My 'Hijab'

Assalamu'alaikum.. 
Lihat judul di atas udah tau kan, kita mau bahas apa? Belom tau? Sini aku kasih tau. Jadi, malam ini kita bakal bahas sejarah bagaimana admin blog ini memakai pakaian muslimahnya, atau yang biasa disebut jilbab; dan kisahnya tentang lika-liku menjadi muslimah seutuhnya. Langsung aja ya..

Kalian udah tau kan, kalau berjilbab (menutup aurat) hukumnya wajib? Belum tau? Wah, kalau begitu dibuka lagi Al-Qur'an surat Al-Ahzab ayat 59. Monggo, dibaca dan dipahami isinya :)
Hmm lanjut ya. Setiap orang mempunyai cara tersendiri dalam mendapat hidayah-Nya. For example, beberapa wanita kadang harus 'terjatuh' dulu sebelum mereka sadar betapa pentingnya menutup tubuh mereka. Sementara beberapa yang lain mendapat hidayah itu dari teman, kerabat atau keluarga.
Pertama kali ingin memakai jilbab, waktu aku masih kelas 6 SD. Saat itu, aku sama sekali belum tau mengenai kewajiban menutup aurat. Tapi, alhamdulillah para wanita di keluargaku mayoritas sudah berjilbab. Mungkin inilah faktor yang menyebabkan hari itu tepat dimana aku menyampaikan keinginanku berjilbab kepada ayahanda. Setelah mendengar kalimat: "Pak, Putri nanti kalau keterima di SMPN 1 mau pake jilbab". Bapak ku menjawab: "Serius? Miapah?" (eh salah) ehm.  begini: "Yakin? Tapi nanti kalau udah pake, sholatnya jangan bolong-bolong lagi. Jangan suka marah-marah, jangan galak, rajin ngaji.."
Ya, aku berjilbab karena ingin melanjutkan sekolah di sana. Semacam nazar. Dan bapak ku mengizinkan, sekaligus bertindak sebagai saksi janjiku ini.
Tapi, apakah aku akan tetap berjilbab jika aku tidak bisa meneruskan sekolah di sana? Waktu itu aku masih santai menanggapi pertanyaan itu. Karena masih belum mengerti tentang kewajiban itu.
Hingga waktu penentuan pun tiba. Di sanalah aku sadar bahwa Allah memang sayang hamba-Nya. Aku diterima di SMPN 1 Depok. Lihat.. Masih terasa betapa indahnya masa itu. Aku bisa merasakan dua kebahagiaan sekaligus. Pertama, aku bisa menepati janjiku. Kedua, aku bisa studi di sekolah yang sangat aku impikan.

"Perempuan berjilbab belum tentu berakhlak baik". Ya, itu benar. Buktinya adalah aku. 
Setelah aku memakai pakaian itu, aku tidaklah seperti yang dikatakan ayahku. Ibadah masih saja terlalaikan. Ngaji? Hmm baca Al-Qur'an pun masih terbata-bata. Dan aku adalah orang yang sangat emosional. Waktu itu aku masih belum sadar bahwa aku telah melakukan banyak kesalahan. Aku tidak malu, tidak pula takut. Karena yang terpenting, aku telah menunaikan janjiku.

Teman memang menentukan akan jadi apa kita. Alhamdulillah, dulu aku sempat berteman dengan anak-anak yang rajin ikut mentoring. Setiap hari Jum'at sepulang sekolah, kami menyempatkan diri berkumpul dan mendalami ilmu agama. Awalnya aku malu karena belum bisa membaca Al-Qur'an dengan benar. Tapi, di sanalah aku belajar. Hingga satu bulan kemudian, mentor melihat perkembanganku dalam membaca Al-Qur'an. Dia bilang: "Putri, kamu sudah bagus bacanya.." Aku bersyukur ternyata Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang berusaha kembali menuju jalan-Nya.
Seiring berjalannya waktu, dan perlahan aku kembali menjadi muslimah seutuhnya, aku mulai membenahi segala perilaku dalam diri. Tadi telah dijelaskan bahwa waktu itu aku masih lalai beribadah. Setelah aku bergabung dalam organisasi Rohani Islam, aku berusaha tidak meninggalkan sholat. Bahkan, secara rutin setiap istirahat pertama (jam 9.30) aku pergi ke masjid menunaikan sholat sunnah Dhuha. Lagi-lagi, teman-temanku lah yang 'membujukku' melakukan kebaikan itu.

Sayangnya, dulu aku tidak bisa menjaga hati. Waktu kelas 8, aku pernah menjalin kisah cinta yang dilarang agama (pacaran) dengan salah satu laki-laki. Meskipun hubungan itu hanya berjalan 2 bulan, tapi dampaknya cukup besar. Pertama, setelah kami putus, kami menjadi lebih sering bertengkar. Kedua, aku memutuskan hubungan pertemanan dengan temanku yang kemudian dia menjadi pacar dari mantanku itu. Ketiga, karena ingin melampiaskan kekesalan, mencari tempat untuk dijadikan pelampiasan, aku kembali menjalin hubungan dengan laki-laki yang merupakan teman dari mantanku itu. Keempat, aku (kami) telah menghancurkan reputasi organisasi keagamaan kami. Padahal aku tau kalau perbuatan itu melanggar aturan Allah.. Tapi aku tetap menjalankannya. Astaghfirullah..
Menginjak kelas 9, aku memutuskan hubunganku dengan orang yang kedua itu. Aku tidak kecewa. Karena alasanku memutuskannya adalah karena aku ingin sukses ujian hingga bisa meneruskan sekolah ke SMAN 3 Depok. Ya, aku sangat menginginkannya.
 
Aku kembali berjanji. Kalau nanti aku bisa lulus SMP dengan hasil rata-rata ujian Nasional di atas 36 dan lolos seleksi smanti, aku akan berhenti pacaran. Dan keinginanku terkabul. Akhirnya aku bisa bersekolah di sana. Dan aku harus menunaikan janjiku itu.
Hmm ternyata janji itu bukan sembarang janji. Aku kembali masuk ke dalam organisasi Rohani Islam. Aku menemukan banyak perbedaan di sana. Anggotanya, mereka kebanyakan tidak memiliki niat untuk menjalin perasaan dengan lawan jenis. Mereka percaya, kalau pacaran adalah dilarang, tidak menimbulkan manfaat sama sekali. Mereka percaya, bahwa ada saatnya dimana nanti kita menemukan pasangan masing-masing, diridhoi Allah, dan percaya bahwa pernikahan adalah solusi terbaik bagi yang saling mencintai. 
Jadi, tak hanya ingin menunaikan janji. Aku berhenti pacaran karena aku juga yakin atas kalimat penjelasan mereka. 
Hmm SMA ini aku memang pernah menyukai salah satu di antara lelaki yang kukenal di sana. Dia pun sepertinya tau itu. Tapi aku tak ingin terjerumus lebih dalam. Karena bagiku, yang terpenting sekarang adalah, membenahi diri menjadi lebih baik untuk masa depan. Membenahi diri, akhlak, prestasi, kepribadian menjadi semakin baik agar kelak mendapat pasangan yang juga berakhlak, berprestasi, dan berkepribadian baik.

Aku telah nyaman menjadi seperti ini. Aku tak pernah berhenti berusaha memperbaiki apa yang telah rusak. Hati, pikiran, jiwa semua aku jaga demi reputasi ku di mata Allah sebagai muslimah. Aku telah berjilbab, InsyaAllah seutuhnya.

Kadang, aku suka sedih melihat beberapa muslimah zaman sekarang.. Hmm bukan sedih sih, melainkan khawatir terhadap mereka yang belum menutupi perhiasan mereka.  Perhiasan yang bukan hanya terletak di luar, tapi juga di dalam (hati). Ya. Kebanyakan (termasuk mungkin aku ini), belum bisa istiqomah dalam menjaga diri. Hati ini, seperti sangat mudah mempersilakan segala perasaan yang seharusnya belum layak dirasakan.
Melihat seseorang yang bukan mahrom-nya dengan perasaan itu, mulai ingin memilikinya walau tidak sesuai tuntunan agama, dan merasa dunia ini hampa tanpa hadirnya (duhileh) seakan telah menjadi bahan utama yang membuat hati ini semakin kotor..
Jujur, aku merasa sedih bahkan ingin menangis ketika ku ingat hal itu.. Apa yang telah aku lakukan? Membuang-buang perasaan (yang katanya cinta) itu hanya untuk orang yang belum jelas.. Bukan belum jelas apakah dia juga memiliki perasaan (yang katanya cinta) itu kepadaku, melainkan belum jelas apakah nanti dia yang menjadi pemimpin, pembimbing, pendamping ku nanti menuju jannah.

Aku ingin bangun, bangkit kembali seperti saat pertama kali membangkitkan kembali semangat-ku memeluk Islam.
Hati ini, pikiran ini takkan lagi kuisi dengan orang yang 'belum jelas'. Baiklah, aku mungkin mengaguminya, tapi hanya sebatas itu. Baiklah, aku mungkin berharap dia terus sukses, tapi hanya sebatas teman yang mengharapkan temannya sukses. Cinta padanya? Jangan harap hal itu terjadi lagi (untuk sekarang). Ya. Tidak kuizinkan perasaan itu padanya/pada yang lain kembali masuk (jika memang tidak sama sekali sampai kapanpun diizinkan). Hey, malulah sama Allah.. Telah Dia titipkan hati, bukan untuk merasakan yang belum pantas, tapi untuk mengubah provitamin A menjadi vitamin A :) *ehm* maksudnya, untuk istiqomah beribadah pada-Nya, bercermin, dan membenahi hati itu :)
Put, ayo Put.. Jangan lihat lagi masa lalu perasaan mu itu ;) Jalanmu masih panjang, belum pantas untuk merasakan pahit getir manisnya cinta yang tak dikenal. Hatimu, hanya untuk yang diperuntukan untukmu =)

Sebenarnya, tujuanku menulis ini adalah untuk saling mengingatkan, mengenai banyak hal:
1. Mengingatkan bahwa perhiasan wanita muslim itu sangat mahal, bahkan saking mahalnya, kita diharuskan untuk menutup perhiasan itu.
2. Tidak ada kata terlambat untuk membenahi diri, kembali hidup untuk mengharap ridho Allah dan menghamba kepada-Nya. Selagi ada waktu, yuk ajak diri ini ke jalan menuju surga.
3. Jebakan syaitan itu sangat banyak. Termasuk masalah hati. Apa yang menurut kita rasakan adalah baik, wajar; belum tentu di mata Allah adalah hal yang baik, dan wajar. So, watch your step.
4. Bentengi diri dengan hal-hal positif. Cari teman dekat yang bisa mendekatkan kita pada kebaikan.
5. Lihat masa depanmu, tatap ia lekat-lekat, jangan dilepas, hingga sadar betapa masa depan yang cerah lebih berharga daripada membuang perasaan untuk hal yang tak sepenting hidupmu nanti.

dst:)

Yang lebih penting dari ini semua, yuk, sama-sama saling mengingatkan untuk mencintai apa yang pantas dicintai. Dan... Jangan sampai kita mencintai sesuatu lebih dari kita mencintai Allah.

Bismillah, istiqomah-kan hamba-hamba-Mu dalam beribadah pada-Mu yaa Allah :')

No comments:

Post a Comment

 

Template by BloggerCandy.com